Tazkiyat al-Nafs dalam Persfektif Tasawuf
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Tujuan tasawuf adalah mengetahui segala aspek yang berkaitan dengan nafs, baik nafs yang mulia maupun nafs yang tercela. Kemudian melakukan upaya-upaya pembersihan nafs yang tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat yang mulia sebagai jalan untuk menuju kepada Allah. Tasawuf memiliki tujuan yang mulia karena berkaitan dengan usaha untuk ma’rifatullâh (mengenal Allah) dan mahabbatullâh (mencintai Allah).
Al-Jurairi menyebutkan tujuan tasawuf adalah membina kebiasaan-kebiasaan baik serta menjaga hati dari keinginan dan hasrat hawa nafsu. Sedangkan Al-Mudarrisi, menyebutkan bahwa tujuan tasawuf adalah zuhd terhadap dunia, mencintai akhirat dan memperbanyak ibadah kepada Allah tanpa meninggalkan sesuatu yang dibolehkan dari kelezatan dunia tetapi dalam batas-batas tertentu. Seorang sâlik (pencari Allah), agar ia dapat mencapai tujuan tasawuf harus melalui tahap-tahap (madârij) tertentu. Tahap-tahap tersebut menurut Ibn Arabi diawali dengan tazkiyat al-nafs
Perjalanan spiritual yang pertama untuk mencapai tujuan tasawuf adalah tazkiyat al-nafs yang diterjemahkan dengan penyucian jiwa. Tazkiyat al-nafs disebut sebagai sulûk nafs, artinya menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji dan malakuti (sifat malaikat), sesudah membersihkannya dari sifat-sifat tercela dan hewaninya. Dengan kata lain, diri dibersihkan dari kotoran dan kerusakan.
Tazkiyat al-nafs adalah proses Mujâhadah (pelatihan) untuk mencapai al-nafs al-zakiyyah. Proses tazkiyat al-nafs didasarkan kepada beberapa prinsip. Prinsip yang menjadi dasar dari pelatihan terhadap nafs menurut Nurbakhsy, adalah penghancuran cinta terhadap diri sendiri yang didasarkan pada tujuan untuk mencintai yang selain dirinya.
Sedangkan Al-Ghazali, menyebutkan tiga metode penyucian nafs agar dapat menundukkan dan menguasainya yaitu:
1) berusaha menghindari syahwat (kelezatan dunia), atau menguranginya. Karena jika nafs diibaratkan dengan hewan yang keras kepala, maka sikapnya akan menjadi lembut apabila ia kekurangan makanan;
2) melakukan ibadah-ibadah yang berat bagaikan keledai yang membawa beban berat dalam keadaan lapar, maka ia lebih mudah dikuasai dan ditundukkan;
3) meminta pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan merendahkan diri di hadapan-Nya sebaik-baiknya dengan penuh keikhlasan.
Usaha pembersihan nafs juga harus diikuti tiga syarat yaitu: bersyukur dan tidak mengeluh, waspada dan tidak lengah, mengekang dan tidak terbuai oleh nafs. Tazkiyat al-nafs sangat diperlukan agar kita tidak terjerumus ke dalam bagian terendah dari diri kita yakni nafs ammârah. Frager, menyebutkan pentingnya mujâhadat al-nafs sebagai sebuah perjuangan terhadap perilaku-perilaku buruk dan kesesatan yang dibawa nafs.
Tazkiyat al-Nafs melalui Pendidikan
Nafs zakiyah menurut Fakhr al-Razi adalah jiwa yang suci setelah melalui proses tazkiyat al-nafs dengan bertaubat dari perbuatan dosa. Kesucian nafs bersifat maknawi, maka kotornya pun bersifat maknawi. Seseorang akan terpelihara kesucian nafs-nya jika ia konsisten dalam jalan takwa, sebaliknya nafs akan berubah menjadi kotor jika pemiliknya menempuh jalan dosa atau fujûr. Allah berfirman di dalam al-Quran surat al-Syams/91: 70:
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (Qs. al-Syams/91: 7-10).
Orang yang mengotori jiwanya dipastikan al-Quran sebagai orang yang rugi. Kata dassa (دسّ) secara bahasa berasal dari دسّ-يدسّ yang bermakna menyembunyikan sesuatu di dalam sesuatu. Berdasarkan ayat tersebut orang yang mengotori jiwanya dengan perbuatan dosa yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sebagian mufasir berpendapat bahwa ayat al-Syams/91: 10 berkenaan dengan nafs orang-orang saleh yang melakukan kefasikan, bukan jiwa orang kafir. Karena orang saleh meski melakukan perbuatan dosa, tetapi dilakukannya secara sembunyi-sembunyi karena merasa malu. Sedangkan orang kafir melakukan dosa dengan terang-terangan.
Al-Quran memberikan isyarat bahwa tazkiyat al-nafs dilakukan melalui pendidikan atau pembelajaran sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah/2: 129; Alu-Imran/3: 164; al-Jumuah/62: 2.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan al-Hikmah (al-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana (Qs al-Baqarah/2: 129).
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Qs Âlu-Imrân/3: 164).
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Qs al-Jumuah/62: 2).
Wallahu’alam
Rabu, 06 April 2011
Rabu, 16 Maret 2011
Pendidikan untuk Menerbangkan Potensi Ruhani
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Menurut al-Ghazali salah satu fungsi pendidikan adalah untuk syiar Islam, memelihara kesucian jiwa, dan taqarrab ila Allah. Pendidikan adalah usaha untuk membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, dan menyucikan hati agar dekat dengan Sang Khaliq yaitu Allah Swt. Pemikiran tersebut didasarkan pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia. Kesempurnaan manusia terletak pada kesucian hatinya. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya berupaya memelihara kesucian rohani melaui upaya meningkatkan kemampuan intuitif (al-hadsiyah), ilham dan cita-rasa (al-zawqiyah). Caranya dengan berupaya menajamkan qalbu melalui proses tazkiyat al-nafs (penyucian jiwa)
Al-Quran memberikan isyarat bahwa tazkiyat al-nafs dilakukan melalui pendidikan atau pembelajaran sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah/2: 129; Alu-Imran/3: 164; al-Jumuah/62: 2.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana (Qs al-Baqarah/2: 129).
Menilik makna ayat tersebut, maka Pendidikan seharusnya kaya dengan muatan-muatan rohani yang mengarahkan jiwa peserta didik kepada Allah Swt., sehingga melahirkan manusia yang memiliki jiwa yang suci (al-nafs al-zakiyyah). Hanya sayang para guru belum sepenuhnya menyadari arti penting penanaman keimanan yang kuat melalui pendidikan, kebutuhan jiwa yang sehat, dan pentingnya praktik-praktik keagamaan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kebanyakan para pendidik lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan kurang memperhatikan pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Lebih parah lagi ketika nilai-nilai rohani (spiritual), akhlak, dan kesucian jiwa dalam praktik pendidikan di sekolah seringkali hanya dianggap pantas untuk mata pelajaran agama Islam, padahal nilai-nilai spiritual seharusnya terkandung pada semua mata pelajaran. Bukankah tujuan pendidikan sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pertama adalah menjadikan murid sebagai manusia yang beriman dan bertakwa?
Rasulullah SAW mengajarkan doa agar Allah SWT memberikan jiwa yang takwa dan suci melalui sabdanya,
“Ya Allah berikanlah kepadaku jiwa yang bertakwa dan jiwa yang bersih karena Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikan jiwa dan Engkau adalah pelindung dan penolong jiwa”.
Wallahu ‘alam bisshawab
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Menurut al-Ghazali salah satu fungsi pendidikan adalah untuk syiar Islam, memelihara kesucian jiwa, dan taqarrab ila Allah. Pendidikan adalah usaha untuk membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, dan menyucikan hati agar dekat dengan Sang Khaliq yaitu Allah Swt. Pemikiran tersebut didasarkan pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia. Kesempurnaan manusia terletak pada kesucian hatinya. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya berupaya memelihara kesucian rohani melaui upaya meningkatkan kemampuan intuitif (al-hadsiyah), ilham dan cita-rasa (al-zawqiyah). Caranya dengan berupaya menajamkan qalbu melalui proses tazkiyat al-nafs (penyucian jiwa)
Al-Quran memberikan isyarat bahwa tazkiyat al-nafs dilakukan melalui pendidikan atau pembelajaran sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah/2: 129; Alu-Imran/3: 164; al-Jumuah/62: 2.
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana (Qs al-Baqarah/2: 129).
Menilik makna ayat tersebut, maka Pendidikan seharusnya kaya dengan muatan-muatan rohani yang mengarahkan jiwa peserta didik kepada Allah Swt., sehingga melahirkan manusia yang memiliki jiwa yang suci (al-nafs al-zakiyyah). Hanya sayang para guru belum sepenuhnya menyadari arti penting penanaman keimanan yang kuat melalui pendidikan, kebutuhan jiwa yang sehat, dan pentingnya praktik-praktik keagamaan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Kebanyakan para pendidik lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan kurang memperhatikan pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Lebih parah lagi ketika nilai-nilai rohani (spiritual), akhlak, dan kesucian jiwa dalam praktik pendidikan di sekolah seringkali hanya dianggap pantas untuk mata pelajaran agama Islam, padahal nilai-nilai spiritual seharusnya terkandung pada semua mata pelajaran. Bukankah tujuan pendidikan sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pertama adalah menjadikan murid sebagai manusia yang beriman dan bertakwa?
Rasulullah SAW mengajarkan doa agar Allah SWT memberikan jiwa yang takwa dan suci melalui sabdanya,
“Ya Allah berikanlah kepadaku jiwa yang bertakwa dan jiwa yang bersih karena Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikan jiwa dan Engkau adalah pelindung dan penolong jiwa”.
Wallahu ‘alam bisshawab
Jumat, 11 Maret 2011
RIHLAH RUHYAH
MENGENAL TRAINING “RIHLAH RUHYAH”
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Rihlah Ruhyah adalah pelatihan ruhani yang dilakukan pertama kali pada tahun 2005 sampai sekarang, telah diselenggarakan di berbagai tempat, dari mulai SD hingga perguruan tinggi di Bandung dan sekitarnya. UPI, UIN, UNPAD adalah tiga PT yang pernah mengundang tim rihlah ruhyah, bahkan pernah ditawari untuk tampil di Cirebon, hanya karena faktor kesibukan dan padatnya jadwal tawaran dari IAIN Cirebon tersebut terpaksa tidak disanggupi. Selain di lembaga pendidikan formal, pelatihan yang bernama rihlah ruhyah ini juga seringkali menjadi pilihan untuk disampaikan di masjid-masjid, majelis taklim, keluarga besar, perusahaan, dan alumni haji.
Sebagai sebuah pelatihan yang sarat dengan aspek ruhani dan sentuhan emosi, rihlah ruhyah terkadang disalah pahami (terutama oleh orang yang tidak memahami kajian qalb atau ruh) sebagai pelatihan sia-sia yang hanya membuat peserta menangis kemudian histeris hingga ada yang “kesurupan”. Tetapi kenyataan menunjukkan lain, dari 16.000 orang yang pernah mengikuti pelatihan ini rata-rata mendapatkan pengalaman dan peristiwa yang berbeda dan sulit dilupakan dalam kehidupan mereka. Terlebih hal itu sudah dibuktikan lewat penelitian yang mengangkat kajian rihlah ruhyah baik skripsi di UIN SGD Bandung dan menjadi bahan tesis serta disertasi doktoral. Selain itu, memang gagasan rihlah ruhyah tidak begitu saja dibuat tetapi didasari oleh alasan-alasan keilmuan yang logis dan empiris selain tentu saja berdasarkan kajian dalil (Quran-Hadits) yang kuat.
Sederhananya, rihlah ruhyah dapat diartikan sebagai perjalan ruhani, sebuah upaya untuk meningkatkan kecerdasan ruhani. Melakukan muhasabah (evaluasi diri) dan tafakkur sebagai media penting dalam upaya pencapai jiwa yang suci (al-nafs al-zakiyah) atau jiwa yang tenang (al-nafs al-muthmainnah). Inilah tahap takhalli (pengosongan diri) yang harus ditindaklanjuti dengan tahap penghiasan diri dengan ketaatan dan amal shaleh (tahalli). Pelatihan rihlah ruhyah menawarkan sesuatu yang berbeda, dengan bantuan multimedia materi-materi seperti zikir, ma’rifatullah (mengenal Allah), ma’rifat al-insan (mengenal manusia), zikr al-maut (mengingat mati), dan birr al-walidain (berbuat baik kepada orang tua), dikemas sedemikian rupa sehingga kaya dengan sentuhan ruhani dan sentuhan afeksi.
Terakhir, walaupun rihlah ruhyah ini sudah sering dilakukan di banyak tempat, namun karena sedikitnya bahan kajian dan sumber daya manusia untuk pengembangan, maka masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam pelatihan rihlah ruhyah ini. Tak ada gading yang tak retak, maka pantaslah jika pengakuan tentang kekurangan rihlah ruhyah ini harus diakui. Hanya kepada Allah-lah diserahkan semua urusan dari kita, manusia yang bodoh, lemah dan fakir ini.
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Rihlah Ruhyah adalah pelatihan ruhani yang dilakukan pertama kali pada tahun 2005 sampai sekarang, telah diselenggarakan di berbagai tempat, dari mulai SD hingga perguruan tinggi di Bandung dan sekitarnya. UPI, UIN, UNPAD adalah tiga PT yang pernah mengundang tim rihlah ruhyah, bahkan pernah ditawari untuk tampil di Cirebon, hanya karena faktor kesibukan dan padatnya jadwal tawaran dari IAIN Cirebon tersebut terpaksa tidak disanggupi. Selain di lembaga pendidikan formal, pelatihan yang bernama rihlah ruhyah ini juga seringkali menjadi pilihan untuk disampaikan di masjid-masjid, majelis taklim, keluarga besar, perusahaan, dan alumni haji.
Sebagai sebuah pelatihan yang sarat dengan aspek ruhani dan sentuhan emosi, rihlah ruhyah terkadang disalah pahami (terutama oleh orang yang tidak memahami kajian qalb atau ruh) sebagai pelatihan sia-sia yang hanya membuat peserta menangis kemudian histeris hingga ada yang “kesurupan”. Tetapi kenyataan menunjukkan lain, dari 16.000 orang yang pernah mengikuti pelatihan ini rata-rata mendapatkan pengalaman dan peristiwa yang berbeda dan sulit dilupakan dalam kehidupan mereka. Terlebih hal itu sudah dibuktikan lewat penelitian yang mengangkat kajian rihlah ruhyah baik skripsi di UIN SGD Bandung dan menjadi bahan tesis serta disertasi doktoral. Selain itu, memang gagasan rihlah ruhyah tidak begitu saja dibuat tetapi didasari oleh alasan-alasan keilmuan yang logis dan empiris selain tentu saja berdasarkan kajian dalil (Quran-Hadits) yang kuat.
Sederhananya, rihlah ruhyah dapat diartikan sebagai perjalan ruhani, sebuah upaya untuk meningkatkan kecerdasan ruhani. Melakukan muhasabah (evaluasi diri) dan tafakkur sebagai media penting dalam upaya pencapai jiwa yang suci (al-nafs al-zakiyah) atau jiwa yang tenang (al-nafs al-muthmainnah). Inilah tahap takhalli (pengosongan diri) yang harus ditindaklanjuti dengan tahap penghiasan diri dengan ketaatan dan amal shaleh (tahalli). Pelatihan rihlah ruhyah menawarkan sesuatu yang berbeda, dengan bantuan multimedia materi-materi seperti zikir, ma’rifatullah (mengenal Allah), ma’rifat al-insan (mengenal manusia), zikr al-maut (mengingat mati), dan birr al-walidain (berbuat baik kepada orang tua), dikemas sedemikian rupa sehingga kaya dengan sentuhan ruhani dan sentuhan afeksi.
Terakhir, walaupun rihlah ruhyah ini sudah sering dilakukan di banyak tempat, namun karena sedikitnya bahan kajian dan sumber daya manusia untuk pengembangan, maka masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam pelatihan rihlah ruhyah ini. Tak ada gading yang tak retak, maka pantaslah jika pengakuan tentang kekurangan rihlah ruhyah ini harus diakui. Hanya kepada Allah-lah diserahkan semua urusan dari kita, manusia yang bodoh, lemah dan fakir ini.
BIODATA
Nama Lengkap : Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 13 Juli 1973
Pekerjaan : Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Alamat : Bumi Cipacing Permai Blok I. 14 Jatinangor
Status : Menikah
Pendidikan Formal
1. SDN Tilil 2 Bandung, Lulus Tahun 1985
2. SMPN 7 Bandung, Lulus Tahun 1988
3. SMAN 14 Bandung, Lulus Tahun 1991
4. Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung Tahun 1996.
5. Magister (S-2) Program Studi Pendidikan Umum UPI Bandung Tahun 2005.
6. Doktor (S-3) Program Studi Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2009.
Pendidikan Nonformal
1. Madrasah Diniyah Wustha Al-Ahkam Lulus Tahun 1989
2. Madrasah Diniyah ‘Ulya Al-Ahkam Lulus tahun 1991
Riwayat Pekerjaan
1. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2010-sekarang).
2. Dosen STKIP Al-Bana Bekasi (1996-1998).
3. Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan Sekolah Tinggi Manajemen (STM) IMNI Jakarta (2009-2010)
4. Guru SMA PGII 1 Bandung (1997-sekarang)
5. Guru SMPN 1 Jatigede Sumedang (1998-2002)
6. Guru SMPN 1 Cimanggung (2002-2009).
Pengalaman Berorganisasi
1. Bidang Diklat BKPRMI Kotamadya Bandung (1995-1998)
2. Bidang Organisasi dan Keanggotaan ADPISI (Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam) Kota Bandung (2007-2011).
3. Pembina FIRDAUS (Forum Silaturahmi Dakwah untuk Sekolah) Bandung (2000-sekarang).
4. Bendahara RW XVII Bumi Cipacing Permai (2006-2010)
5. Ketua DKM Akhlaqul Muhajirin Bumi Cipacing Permai (2008-2011)
6. FIRDAUS (Forum Siilaturahmi dan Dakwah untuk Sekolah)
Kursus/Pelatihan dan Aktivitas Lain
1. 2001: Computer Database and Internet Training
2. 2004: TOEFL Course
3. 2004: In House Training Kurikulum Berbasis Kompetensi
4. 2005-Sekarang: Trainer Rihlah Ruhiyah ( Pelatihan Spiritual)
5. Pengisi ceramah, khutbah, dan Majelis Taklim di wilayah Kota Bandung, Kab. Bandung, dan Sumedang.
Nama Lengkap : Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 13 Juli 1973
Pekerjaan : Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Alamat : Bumi Cipacing Permai Blok I. 14 Jatinangor
Status : Menikah
Pendidikan Formal
1. SDN Tilil 2 Bandung, Lulus Tahun 1985
2. SMPN 7 Bandung, Lulus Tahun 1988
3. SMAN 14 Bandung, Lulus Tahun 1991
4. Sarjana (S-1) Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Bandung Tahun 1996.
5. Magister (S-2) Program Studi Pendidikan Umum UPI Bandung Tahun 2005.
6. Doktor (S-3) Program Studi Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung Tahun 2009.
Pendidikan Nonformal
1. Madrasah Diniyah Wustha Al-Ahkam Lulus Tahun 1989
2. Madrasah Diniyah ‘Ulya Al-Ahkam Lulus tahun 1991
Riwayat Pekerjaan
1. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2010-sekarang).
2. Dosen STKIP Al-Bana Bekasi (1996-1998).
3. Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan Sekolah Tinggi Manajemen (STM) IMNI Jakarta (2009-2010)
4. Guru SMA PGII 1 Bandung (1997-sekarang)
5. Guru SMPN 1 Jatigede Sumedang (1998-2002)
6. Guru SMPN 1 Cimanggung (2002-2009).
Pengalaman Berorganisasi
1. Bidang Diklat BKPRMI Kotamadya Bandung (1995-1998)
2. Bidang Organisasi dan Keanggotaan ADPISI (Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam) Kota Bandung (2007-2011).
3. Pembina FIRDAUS (Forum Silaturahmi Dakwah untuk Sekolah) Bandung (2000-sekarang).
4. Bendahara RW XVII Bumi Cipacing Permai (2006-2010)
5. Ketua DKM Akhlaqul Muhajirin Bumi Cipacing Permai (2008-2011)
6. FIRDAUS (Forum Siilaturahmi dan Dakwah untuk Sekolah)
Kursus/Pelatihan dan Aktivitas Lain
1. 2001: Computer Database and Internet Training
2. 2004: TOEFL Course
3. 2004: In House Training Kurikulum Berbasis Kompetensi
4. 2005-Sekarang: Trainer Rihlah Ruhiyah ( Pelatihan Spiritual)
5. Pengisi ceramah, khutbah, dan Majelis Taklim di wilayah Kota Bandung, Kab. Bandung, dan Sumedang.
Senin, 01 November 2010
UJIAN TENGAH SEMESTER
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen : Dr. Moh. Erihadiana, M.Pd
Jurusan/Semester/Kelas : PAI/5/ B dan C
1. Kurikulum dapat dimaknai secara bahasa maupun terminologi, secara luas maupun sempit, sebagai rencana pendidikan yang harus ditempuh murid (a plan for education) dan lapangan studi (the field of study). Berdasarkan aneka makna kurikulum tersebut, jelaskan pendapat Anda Berdasarkan hasil kajian dan analisis terhadap hal-hal di bawah ini:
a Pengertian kurikulum
b Struktur kurikulum
c Konsep dan teori kurikulum
d Tujuan kurikulum
2. Hilda Taba menyebut kurikulum sebagai “a curriculum is essentially a plan for learning. Bandingkan pernyataan Hilda taba tersebut dengan pengertian kurikulum yang dianut Indonesia berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Buatlah analisis kurikulum yang paling ideal yang mencakup komponen-komponen pendidikan.
3. Kurikulum sangat berkaitan erat dengan teori belajar, jelaskan teori-teori belajar dan sumber sumber belajar yang mempengaruhi kurikulum.
4. Dengan menjelaskan dua istilah di bawah ini terangkan pengorganisasian kurikulum yang didasarkan kepada pengetahuan, masyarakat, dan kebutuhan murid:
a. Subject Curriculum
b. Integrated Curriculum
5. Dalam teori kurikulum terdapat 4 pendekatan pengembangan kurikulum. Jelaskan keempat pendekatan tersebut dan sebutkan pendekatan yang mendasari kurikulum kompetensi.
6. Jelaskan pengertian kurikulum berbasis kompetensi dan apa saja jenis-jenis kompetensi itu, serta jelaskan pula kompetensi yang harus dicapai murid sejak SD, SMP, dan SMA.
7. Terdapat sekurang-kurangnya tiga model pengembangan kurikulum, coba anda jelaskan ketiga model tersebut dan buatlah perbandingan ketiga model tersebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
8. Deskrispsikan praktik kurikulum di Indonesia sejak tahun 1968 sampai KTSP dan buatlah analisis sederhana kelebihan dan kekurangan kurikulum (baik 1968, 1975, 1984, 1994, KBK, dan KTSP)
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen : Dr. Moh. Erihadiana, M.Pd
Jurusan/Semester/Kelas : PAI/5/ B dan C
1. Kurikulum dapat dimaknai secara bahasa maupun terminologi, secara luas maupun sempit, sebagai rencana pendidikan yang harus ditempuh murid (a plan for education) dan lapangan studi (the field of study). Berdasarkan aneka makna kurikulum tersebut, jelaskan pendapat Anda Berdasarkan hasil kajian dan analisis terhadap hal-hal di bawah ini:
a Pengertian kurikulum
b Struktur kurikulum
c Konsep dan teori kurikulum
d Tujuan kurikulum
2. Hilda Taba menyebut kurikulum sebagai “a curriculum is essentially a plan for learning. Bandingkan pernyataan Hilda taba tersebut dengan pengertian kurikulum yang dianut Indonesia berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Buatlah analisis kurikulum yang paling ideal yang mencakup komponen-komponen pendidikan.
3. Kurikulum sangat berkaitan erat dengan teori belajar, jelaskan teori-teori belajar dan sumber sumber belajar yang mempengaruhi kurikulum.
4. Dengan menjelaskan dua istilah di bawah ini terangkan pengorganisasian kurikulum yang didasarkan kepada pengetahuan, masyarakat, dan kebutuhan murid:
a. Subject Curriculum
b. Integrated Curriculum
5. Dalam teori kurikulum terdapat 4 pendekatan pengembangan kurikulum. Jelaskan keempat pendekatan tersebut dan sebutkan pendekatan yang mendasari kurikulum kompetensi.
6. Jelaskan pengertian kurikulum berbasis kompetensi dan apa saja jenis-jenis kompetensi itu, serta jelaskan pula kompetensi yang harus dicapai murid sejak SD, SMP, dan SMA.
7. Terdapat sekurang-kurangnya tiga model pengembangan kurikulum, coba anda jelaskan ketiga model tersebut dan buatlah perbandingan ketiga model tersebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
8. Deskrispsikan praktik kurikulum di Indonesia sejak tahun 1968 sampai KTSP dan buatlah analisis sederhana kelebihan dan kekurangan kurikulum (baik 1968, 1975, 1984, 1994, KBK, dan KTSP)
Senin, 07 Juni 2010
Belajar Melalui Hati
Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(Qs. An-Nahl: 78)
What is learning? What happens when one learns, that is, what things does one do in order to learn? What are results of learning, that is, what has one learned? How does one know he has learned anything? How does one now that what is learned is worth learning? How do you get pupils to learn?
Belajar sering dianggap sebagai kegiatan yang lumrah atau biasa dilakukan di sekolah. Atau ada yang berpendapat bahwa belajar itu sama dengan membaca buku, menjawab pertanyaan atau bertanya, mengemukakan pendapat, menulis makalah, membuat tugas-tugas, serta kegiatan lainnya yang sejenis dengan hal itu. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa ia sudah melakukan kegiatan belajar tatkala sudah lulus ujian.
Benarkah belajar sesederhana itu? Untuk menjawabnya ada baiknya memperhatikan pengertian belajar yang agak mudah dipahami. Katanya belajar itu adalah proses untuk mengaktualkan sesuatu yang telah dipelajari atau istilah Bahasa Inggrisnya “We learn what we do and we do what we learn” (kita mempelajari sesuatu yang dapat kita lakukan dan kita melakukan sesuatu yang kita pelajari). Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
Supaya mudah, kita ambil pendapat yang kedua saja,yaitu belajar sebagai proses untuk memperoleh pengetahuan. Nah, menurut seorang pakar pendidikan, belajar untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, belajar melalui indera. Melalui cara belajar ini dihasilkan sains yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kedua, belajar dengan menggunakan akal atau rasio yang menghasilkan pemikiran-pemikiran logis untuk memecahkan permasalahan manusia. Ketiga, belajar untuk mendapatkan pengetahuan melalui hati atau qalbu yang menghasilkan manusia suci jiwanya (al-nafs al-zakiyyah)
Dari tiga cara belajar yang disebutkan, cara ketiga adalah cara belajar yang jarang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, padahal belajar melalui hati sebenarnya dimaksudkan untuk mempertajam serta mengasah rasa atau hati. Belajar melalui hati adalah belajar untuk meresapkan potensi rohani dan menumbuhkan keimanan pada diri sehingga terpenuhi naluri alamiahnya terhadap agama. Selain itu, belajar melalui hati adalah melatih naluri beragama disesuaikan dengan tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai rohani dan norma-norma akhlak bersandar iman yang sempurna.
Belajar dengan hati juga merupakan usaha pembersihan rohani, penyucian jiwa, mencerdaskan akal, memperbaiki akhlak, dan membersihkan badan. Semua usaha itu berkaitan erat dengan keyakinan kepada Allah SWT. Semua itu sesuai dengan tujuan dakwah Rasulullah SAW yang dipenuhi oleh unsur-unsur kesempurnaan dan keagungan dalam pembentukkan mukmin yang sempurna secara rohani, akal, agama, akhlak, masyarakat, dan fisik, serta menjadikan mukmin yang bahagia dunia akhirat.
Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(Qs. An-Nahl: 78)
What is learning? What happens when one learns, that is, what things does one do in order to learn? What are results of learning, that is, what has one learned? How does one know he has learned anything? How does one now that what is learned is worth learning? How do you get pupils to learn?
Belajar sering dianggap sebagai kegiatan yang lumrah atau biasa dilakukan di sekolah. Atau ada yang berpendapat bahwa belajar itu sama dengan membaca buku, menjawab pertanyaan atau bertanya, mengemukakan pendapat, menulis makalah, membuat tugas-tugas, serta kegiatan lainnya yang sejenis dengan hal itu. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa ia sudah melakukan kegiatan belajar tatkala sudah lulus ujian.
Benarkah belajar sesederhana itu? Untuk menjawabnya ada baiknya memperhatikan pengertian belajar yang agak mudah dipahami. Katanya belajar itu adalah proses untuk mengaktualkan sesuatu yang telah dipelajari atau istilah Bahasa Inggrisnya “We learn what we do and we do what we learn” (kita mempelajari sesuatu yang dapat kita lakukan dan kita melakukan sesuatu yang kita pelajari). Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
Supaya mudah, kita ambil pendapat yang kedua saja,yaitu belajar sebagai proses untuk memperoleh pengetahuan. Nah, menurut seorang pakar pendidikan, belajar untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, belajar melalui indera. Melalui cara belajar ini dihasilkan sains yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kedua, belajar dengan menggunakan akal atau rasio yang menghasilkan pemikiran-pemikiran logis untuk memecahkan permasalahan manusia. Ketiga, belajar untuk mendapatkan pengetahuan melalui hati atau qalbu yang menghasilkan manusia suci jiwanya (al-nafs al-zakiyyah)
Dari tiga cara belajar yang disebutkan, cara ketiga adalah cara belajar yang jarang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, padahal belajar melalui hati sebenarnya dimaksudkan untuk mempertajam serta mengasah rasa atau hati. Belajar melalui hati adalah belajar untuk meresapkan potensi rohani dan menumbuhkan keimanan pada diri sehingga terpenuhi naluri alamiahnya terhadap agama. Selain itu, belajar melalui hati adalah melatih naluri beragama disesuaikan dengan tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai rohani dan norma-norma akhlak bersandar iman yang sempurna.
Belajar dengan hati juga merupakan usaha pembersihan rohani, penyucian jiwa, mencerdaskan akal, memperbaiki akhlak, dan membersihkan badan. Semua usaha itu berkaitan erat dengan keyakinan kepada Allah SWT. Semua itu sesuai dengan tujuan dakwah Rasulullah SAW yang dipenuhi oleh unsur-unsur kesempurnaan dan keagungan dalam pembentukkan mukmin yang sempurna secara rohani, akal, agama, akhlak, masyarakat, dan fisik, serta menjadikan mukmin yang bahagia dunia akhirat.
Rabu, 02 Juni 2010
PEPERANGAN YANG MENENTUKAN
(Diterjemahkan dari M. ‘Ali Al-Shâbunî, Min Kunûz al-Sunnah (Jakarta: Dar-al-Kutub al-Islâmiyyah, 1999), hlm.74-77.)
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum Muslim memerangi bangsa Yahudi. Orang-orang Islam akan membunuh orang Yahudi, hingga orang-orang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon. Maka batu atau pohon tersebut akan berkata: Wahai kaum Muslim, wahai Hamba Allah, orang Yahudi ada di sini di belakangku, kemarilah bunuhlah ia. (Tiadalah pohon itu) kecuali al-Gharqoda, sesungguhnya itulah pohon Yahudi.” (HR. Muslim).
Analisis Lafazh
لا تَقُومُ السَّاعَةُ: Tidak akan berakhir kehidupan dunia dan tidak akan terjadi kiamat sampai terjadi peperangan besar antara orang Islam dan orang Yahudi. Perkara ini adalah perkara gaib yang telah dikabarkan oleh al-Shâdiq al-Masdûq (Rasululllah Saw.)
يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ: Ini adalah isyarat bahwa perang yang terjadi adalah perang Dîniyyah Muqaddasah bukan perang antarbangsa atau antarnegara akan tetapi khusus peperangan kaum Muslimin untuk menunjukkan perang antara pengikut akidah yang benar (al-‘aqîdah al-haqqah) yaitu orang-orang yang beriman dengan Yahudi yang sesat. Padahal (di antara Yahudi tersebut) ada yang menjadi penolong atau sekutu kelompok orang-orang yang beriman. Oleh karena itu Rasulullah Saw tidak mengatakan peperangan antara Arab dengan Yahudi tetapi Beliau menjelaskan bahwa perang yang terjadi adalah perangan antara kaum Muslim dengan Yahudi. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan memuliakan hamba-Nya yang beriman dengan memberi pertolongan melawan musuh-musuh mereka.
فَيَقُولُ الْحَجَرُ: yaitu Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada pohon tempat orang Yahudi berlindung. Dan pohon tempat bersembunyi itupun bisa berbicara. Itulah Karâmah Allah terhadap hamba-hambaNya, para mujahid yang beriman. Peristiwa batu atau pohon yang bisa berbicara tersebut adalah tanda kekuasaan yang jelas/terang, kejadian tersebut adalah kejadian yang sebenarnya (haqîqat) bukan simbol (majâzi) karena Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
الْغَرْقَدَ : Sejenis pohon yang memiliki duri tajam, banyak tumbuh di wilayah Palestina. Pohon tersebut adalah pohon yang buruk yang diibaratkan Yahudi karena karena kejelekan dan tercelanya sifat mereka. Ibarat tersebut disebutkan dalam hadits ini dengan kalimat
فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Aspek-Aspek Balaghah
1. Sabda Rasulullah: لا تَقُومُ السَّاعَةُ adalah jumlah khabariyyah (kalimat berita yang sempurna). Adapun jenisnya adalah khabariy ibtidaî dengan tujuan fâidat al-khabar (informasi untuk orang yang belum tahu). Disini maksudnya adalah kabar gembira tentang pertolongan untuk kaum Muslim dari Yahudi. Kalimat ini keluar dari makna makna aslinya menuju makna yang dimaksud.
2. وَرَاء الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ lafaz al-hajar dengan al-Syajar adalah badi’ jinas (jinas Nâqish) sebagaimana sering ditemukan dalam kalimat bersajak sebagai bagian dari al-muhsinât al-badî-‘iyyah.
3. فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ adalah jumlah khabariyyah muakkadah karena adanya إِنَّ . Jenis ini disebut khabariyy thalabiyy dengan maksud menghilangkan (keraguan) dari orang yang diajak bicara (mukhatab) sebagai bagian dari fâidat al-khabar
4. إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ adalah Tasybih Dhimni (tidak ada kata yang menunjukkan tasybih atau penyerupaan tetapi maknanya menunjukkan adanya tasybih). Yaitu pohon ini adalah pohon yang buruk sebagaimana buruknya orang Yahudi, oleh karena itu tidak ada pembicaraan yang menutupi kejelekan Yahudi. Tasybih Dhimni adalah tasybih yang di dalamnya bersifat selintas/samar dan tidak jelas. Sebagaimana dalam syair:
فَإنْ تَفُقِ الْاَنَامَ وَ اَنْتَ مِنْهُمْ فإنَّ المسك بعضُ دمِ الغزال
Jika engkau mengungguli semua manusia, padahal engkau adalah bagian dari mereka
Tak apa, karena sesungguhnya minyak kesturi juga dibuat dari darah rusa.
Penjelasan
Saat ini kehidupan orang Arab dan kaum Muslim sedang dalam kesempitan, setelah orang asing merebut sebagian besar tanah Palestina. Mereka tinggal di tanah kiblat pertama dan tempat ketiga yang dimuliakan dengan membuat kerusakan di sana sehingga orang-orang Islam merasakan kesulitan, kesusahan, serta musibah yang besar. Meneguk gelas kesedihan dan duka serta menelan kehinaan dan kerendahan. Tetapi setelah itu akan datang kabar gembira berupa pertolongan, berbagai kebaikan dan cahaya. Kegembiraan atas kembalinya tanah yang hilang dirampas oleh Zionis yang dilaknat. Pertolongan terhadap kebenaran yang direndahkan dan kembalinya Palestina kepada pengikut aqidah yang benar yaitu para mujahid muslim yang tak berharap kemuliaan di muka bumi tetapi tidak pernah membuat kerusakan.
Hadits ini adalah kabar gembira dari Nabi Saw, bahwa akan datang masa kritis ketika kaum Muslim merasa leher mereka tercekik, hati berduka, kesedihan dari berbagai sisi sehingga membuat nafas menjadi sesak dan hampir tak sanggup tersenyum. Itulah saat ketika saudara-saudara seaqidah diusir ….. tetapi di tengah situasi kritis tersebut, Rasululllah Saw justru memberi kabar gembira bahwa dunia tidak akan hancur sebelum terjadi perang yang menentukan antara kaum Muslim dengan Yahudi yang dimenangkan oleh tentara Allah (jundu al-Rahman) mengalahkan tentara syetan.
(Diterjemahkan dari M. ‘Ali Al-Shâbunî, Min Kunûz al-Sunnah (Jakarta: Dar-al-Kutub al-Islâmiyyah, 1999), hlm.74-77.)
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum Muslim memerangi bangsa Yahudi. Orang-orang Islam akan membunuh orang Yahudi, hingga orang-orang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon. Maka batu atau pohon tersebut akan berkata: Wahai kaum Muslim, wahai Hamba Allah, orang Yahudi ada di sini di belakangku, kemarilah bunuhlah ia. (Tiadalah pohon itu) kecuali al-Gharqoda, sesungguhnya itulah pohon Yahudi.” (HR. Muslim).
Analisis Lafazh
لا تَقُومُ السَّاعَةُ: Tidak akan berakhir kehidupan dunia dan tidak akan terjadi kiamat sampai terjadi peperangan besar antara orang Islam dan orang Yahudi. Perkara ini adalah perkara gaib yang telah dikabarkan oleh al-Shâdiq al-Masdûq (Rasululllah Saw.)
يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ: Ini adalah isyarat bahwa perang yang terjadi adalah perang Dîniyyah Muqaddasah bukan perang antarbangsa atau antarnegara akan tetapi khusus peperangan kaum Muslimin untuk menunjukkan perang antara pengikut akidah yang benar (al-‘aqîdah al-haqqah) yaitu orang-orang yang beriman dengan Yahudi yang sesat. Padahal (di antara Yahudi tersebut) ada yang menjadi penolong atau sekutu kelompok orang-orang yang beriman. Oleh karena itu Rasulullah Saw tidak mengatakan peperangan antara Arab dengan Yahudi tetapi Beliau menjelaskan bahwa perang yang terjadi adalah perangan antara kaum Muslim dengan Yahudi. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan memuliakan hamba-Nya yang beriman dengan memberi pertolongan melawan musuh-musuh mereka.
فَيَقُولُ الْحَجَرُ: yaitu Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada pohon tempat orang Yahudi berlindung. Dan pohon tempat bersembunyi itupun bisa berbicara. Itulah Karâmah Allah terhadap hamba-hambaNya, para mujahid yang beriman. Peristiwa batu atau pohon yang bisa berbicara tersebut adalah tanda kekuasaan yang jelas/terang, kejadian tersebut adalah kejadian yang sebenarnya (haqîqat) bukan simbol (majâzi) karena Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
الْغَرْقَدَ : Sejenis pohon yang memiliki duri tajam, banyak tumbuh di wilayah Palestina. Pohon tersebut adalah pohon yang buruk yang diibaratkan Yahudi karena karena kejelekan dan tercelanya sifat mereka. Ibarat tersebut disebutkan dalam hadits ini dengan kalimat
فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Aspek-Aspek Balaghah
1. Sabda Rasulullah: لا تَقُومُ السَّاعَةُ adalah jumlah khabariyyah (kalimat berita yang sempurna). Adapun jenisnya adalah khabariy ibtidaî dengan tujuan fâidat al-khabar (informasi untuk orang yang belum tahu). Disini maksudnya adalah kabar gembira tentang pertolongan untuk kaum Muslim dari Yahudi. Kalimat ini keluar dari makna makna aslinya menuju makna yang dimaksud.
2. وَرَاء الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ lafaz al-hajar dengan al-Syajar adalah badi’ jinas (jinas Nâqish) sebagaimana sering ditemukan dalam kalimat bersajak sebagai bagian dari al-muhsinât al-badî-‘iyyah.
3. فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ adalah jumlah khabariyyah muakkadah karena adanya إِنَّ . Jenis ini disebut khabariyy thalabiyy dengan maksud menghilangkan (keraguan) dari orang yang diajak bicara (mukhatab) sebagai bagian dari fâidat al-khabar
4. إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ adalah Tasybih Dhimni (tidak ada kata yang menunjukkan tasybih atau penyerupaan tetapi maknanya menunjukkan adanya tasybih). Yaitu pohon ini adalah pohon yang buruk sebagaimana buruknya orang Yahudi, oleh karena itu tidak ada pembicaraan yang menutupi kejelekan Yahudi. Tasybih Dhimni adalah tasybih yang di dalamnya bersifat selintas/samar dan tidak jelas. Sebagaimana dalam syair:
فَإنْ تَفُقِ الْاَنَامَ وَ اَنْتَ مِنْهُمْ فإنَّ المسك بعضُ دمِ الغزال
Jika engkau mengungguli semua manusia, padahal engkau adalah bagian dari mereka
Tak apa, karena sesungguhnya minyak kesturi juga dibuat dari darah rusa.
Penjelasan
Saat ini kehidupan orang Arab dan kaum Muslim sedang dalam kesempitan, setelah orang asing merebut sebagian besar tanah Palestina. Mereka tinggal di tanah kiblat pertama dan tempat ketiga yang dimuliakan dengan membuat kerusakan di sana sehingga orang-orang Islam merasakan kesulitan, kesusahan, serta musibah yang besar. Meneguk gelas kesedihan dan duka serta menelan kehinaan dan kerendahan. Tetapi setelah itu akan datang kabar gembira berupa pertolongan, berbagai kebaikan dan cahaya. Kegembiraan atas kembalinya tanah yang hilang dirampas oleh Zionis yang dilaknat. Pertolongan terhadap kebenaran yang direndahkan dan kembalinya Palestina kepada pengikut aqidah yang benar yaitu para mujahid muslim yang tak berharap kemuliaan di muka bumi tetapi tidak pernah membuat kerusakan.
Hadits ini adalah kabar gembira dari Nabi Saw, bahwa akan datang masa kritis ketika kaum Muslim merasa leher mereka tercekik, hati berduka, kesedihan dari berbagai sisi sehingga membuat nafas menjadi sesak dan hampir tak sanggup tersenyum. Itulah saat ketika saudara-saudara seaqidah diusir ….. tetapi di tengah situasi kritis tersebut, Rasululllah Saw justru memberi kabar gembira bahwa dunia tidak akan hancur sebelum terjadi perang yang menentukan antara kaum Muslim dengan Yahudi yang dimenangkan oleh tentara Allah (jundu al-Rahman) mengalahkan tentara syetan.
Langganan:
Postingan (Atom)