Senin, 07 Juni 2010

Belajar Melalui Hati
Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(Qs. An-Nahl: 78)
What is learning? What happens when one learns, that is, what things does one do in order to learn? What are results of learning, that is, what has one learned? How does one know he has learned anything? How does one now that what is learned is worth learning? How do you get pupils to learn?
Belajar sering dianggap sebagai kegiatan yang lumrah atau biasa dilakukan di sekolah. Atau ada yang berpendapat bahwa belajar itu sama dengan membaca buku, menjawab pertanyaan atau bertanya, mengemukakan pendapat, menulis makalah, membuat tugas-tugas, serta kegiatan lainnya yang sejenis dengan hal itu. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa ia sudah melakukan kegiatan belajar tatkala sudah lulus ujian.
Benarkah belajar sesederhana itu? Untuk menjawabnya ada baiknya memperhatikan pengertian belajar yang agak mudah dipahami. Katanya belajar itu adalah proses untuk mengaktualkan sesuatu yang telah dipelajari atau istilah Bahasa Inggrisnya “We learn what we do and we do what we learn” (kita mempelajari sesuatu yang dapat kita lakukan dan kita melakukan sesuatu yang kita pelajari). Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
Supaya mudah, kita ambil pendapat yang kedua saja,yaitu belajar sebagai proses untuk memperoleh pengetahuan. Nah, menurut seorang pakar pendidikan, belajar untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, belajar melalui indera. Melalui cara belajar ini dihasilkan sains yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kedua, belajar dengan menggunakan akal atau rasio yang menghasilkan pemikiran-pemikiran logis untuk memecahkan permasalahan manusia. Ketiga, belajar untuk mendapatkan pengetahuan melalui hati atau qalbu yang menghasilkan manusia suci jiwanya (al-nafs al-zakiyyah)
Dari tiga cara belajar yang disebutkan, cara ketiga adalah cara belajar yang jarang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, padahal belajar melalui hati sebenarnya dimaksudkan untuk mempertajam serta mengasah rasa atau hati. Belajar melalui hati adalah belajar untuk meresapkan potensi rohani dan menumbuhkan keimanan pada diri sehingga terpenuhi naluri alamiahnya terhadap agama. Selain itu, belajar melalui hati adalah melatih naluri beragama disesuaikan dengan tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai rohani dan norma-norma akhlak bersandar iman yang sempurna.
Belajar dengan hati juga merupakan usaha pembersihan rohani, penyucian jiwa, mencerdaskan akal, memperbaiki akhlak, dan membersihkan badan. Semua usaha itu berkaitan erat dengan keyakinan kepada Allah SWT. Semua itu sesuai dengan tujuan dakwah Rasulullah SAW yang dipenuhi oleh unsur-unsur kesempurnaan dan keagungan dalam pembentukkan mukmin yang sempurna secara rohani, akal, agama, akhlak, masyarakat, dan fisik, serta menjadikan mukmin yang bahagia dunia akhirat.

Rabu, 02 Juni 2010

PEPERANGAN YANG MENENTUKAN
(Diterjemahkan dari M. ‘Ali Al-Shâbunî, Min Kunûz al-Sunnah (Jakarta: Dar-al-Kutub al-Islâmiyyah, 1999), hlm.74-77.)
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ

Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum Muslim memerangi bangsa Yahudi. Orang-orang Islam akan membunuh orang Yahudi, hingga orang-orang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon. Maka batu atau pohon tersebut akan berkata: Wahai kaum Muslim, wahai Hamba Allah, orang Yahudi ada di sini di belakangku, kemarilah bunuhlah ia. (Tiadalah pohon itu) kecuali al-Gharqoda, sesungguhnya itulah pohon Yahudi.” (HR. Muslim).

Analisis Lafazh
لا تَقُومُ السَّاعَةُ: Tidak akan berakhir kehidupan dunia dan tidak akan terjadi kiamat sampai terjadi peperangan besar antara orang Islam dan orang Yahudi. Perkara ini adalah perkara gaib yang telah dikabarkan oleh al-Shâdiq al-Masdûq (Rasululllah Saw.)
يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ: Ini adalah isyarat bahwa perang yang terjadi adalah perang Dîniyyah Muqaddasah bukan perang antarbangsa atau antarnegara akan tetapi khusus peperangan kaum Muslimin untuk menunjukkan perang antara pengikut akidah yang benar (al-‘aqîdah al-haqqah) yaitu orang-orang yang beriman dengan Yahudi yang sesat. Padahal (di antara Yahudi tersebut) ada yang menjadi penolong atau sekutu kelompok orang-orang yang beriman. Oleh karena itu Rasulullah Saw tidak mengatakan peperangan antara Arab dengan Yahudi tetapi Beliau menjelaskan bahwa perang yang terjadi adalah perangan antara kaum Muslim dengan Yahudi. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla akan memuliakan hamba-Nya yang beriman dengan memberi pertolongan melawan musuh-musuh mereka.
فَيَقُولُ الْحَجَرُ: yaitu Allah ‘Azza wa Jalla berkata kepada pohon tempat orang Yahudi berlindung. Dan pohon tempat bersembunyi itupun bisa berbicara. Itulah Karâmah Allah terhadap hamba-hambaNya, para mujahid yang beriman. Peristiwa batu atau pohon yang bisa berbicara tersebut adalah tanda kekuasaan yang jelas/terang, kejadian tersebut adalah kejadian yang sebenarnya (haqîqat) bukan simbol (majâzi) karena Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
الْغَرْقَدَ : Sejenis pohon yang memiliki duri tajam, banyak tumbuh di wilayah Palestina. Pohon tersebut adalah pohon yang buruk yang diibaratkan Yahudi karena karena kejelekan dan tercelanya sifat mereka. Ibarat tersebut disebutkan dalam hadits ini dengan kalimat
فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Aspek-Aspek Balaghah
1. Sabda Rasulullah: لا تَقُومُ السَّاعَةُ adalah jumlah khabariyyah (kalimat berita yang sempurna). Adapun jenisnya adalah khabariy ibtidaî dengan tujuan fâidat al-khabar (informasi untuk orang yang belum tahu). Disini maksudnya adalah kabar gembira tentang pertolongan untuk kaum Muslim dari Yahudi. Kalimat ini keluar dari makna makna aslinya menuju makna yang dimaksud.
2. وَرَاء الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ lafaz al-hajar dengan al-Syajar adalah badi’ jinas (jinas Nâqish) sebagaimana sering ditemukan dalam kalimat bersajak sebagai bagian dari al-muhsinât al-badî-‘iyyah.
3. فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ adalah jumlah khabariyyah muakkadah karena adanya إِنَّ . Jenis ini disebut khabariyy thalabiyy dengan maksud menghilangkan (keraguan) dari orang yang diajak bicara (mukhatab) sebagai bagian dari fâidat al-khabar
4. إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ adalah Tasybih Dhimni (tidak ada kata yang menunjukkan tasybih atau penyerupaan tetapi maknanya menunjukkan adanya tasybih). Yaitu pohon ini adalah pohon yang buruk sebagaimana buruknya orang Yahudi, oleh karena itu tidak ada pembicaraan yang menutupi kejelekan Yahudi. Tasybih Dhimni adalah tasybih yang di dalamnya bersifat selintas/samar dan tidak jelas. Sebagaimana dalam syair:
فَإنْ تَفُقِ الْاَنَامَ وَ اَنْتَ مِنْهُمْ فإنَّ المسك بعضُ دمِ الغزال
Jika engkau mengungguli semua manusia, padahal engkau adalah bagian dari mereka
Tak apa, karena sesungguhnya minyak kesturi juga dibuat dari darah rusa.
Penjelasan
Saat ini kehidupan orang Arab dan kaum Muslim sedang dalam kesempitan, setelah orang asing merebut sebagian besar tanah Palestina. Mereka tinggal di tanah kiblat pertama dan tempat ketiga yang dimuliakan dengan membuat kerusakan di sana sehingga orang-orang Islam merasakan kesulitan, kesusahan, serta musibah yang besar. Meneguk gelas kesedihan dan duka serta menelan kehinaan dan kerendahan. Tetapi setelah itu akan datang kabar gembira berupa pertolongan, berbagai kebaikan dan cahaya. Kegembiraan atas kembalinya tanah yang hilang dirampas oleh Zionis yang dilaknat. Pertolongan terhadap kebenaran yang direndahkan dan kembalinya Palestina kepada pengikut aqidah yang benar yaitu para mujahid muslim yang tak berharap kemuliaan di muka bumi tetapi tidak pernah membuat kerusakan.
Hadits ini adalah kabar gembira dari Nabi Saw, bahwa akan datang masa kritis ketika kaum Muslim merasa leher mereka tercekik, hati berduka, kesedihan dari berbagai sisi sehingga membuat nafas menjadi sesak dan hampir tak sanggup tersenyum. Itulah saat ketika saudara-saudara seaqidah diusir ….. tetapi di tengah situasi kritis tersebut, Rasululllah Saw justru memberi kabar gembira bahwa dunia tidak akan hancur sebelum terjadi perang yang menentukan antara kaum Muslim dengan Yahudi yang dimenangkan oleh tentara Allah (jundu al-Rahman) mengalahkan tentara syetan.