Belajar Melalui Hati
Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(Qs. An-Nahl: 78)
What is learning? What happens when one learns, that is, what things does one do in order to learn? What are results of learning, that is, what has one learned? How does one know he has learned anything? How does one now that what is learned is worth learning? How do you get pupils to learn?
Belajar sering dianggap sebagai kegiatan yang lumrah atau biasa dilakukan di sekolah. Atau ada yang berpendapat bahwa belajar itu sama dengan membaca buku, menjawab pertanyaan atau bertanya, mengemukakan pendapat, menulis makalah, membuat tugas-tugas, serta kegiatan lainnya yang sejenis dengan hal itu. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa ia sudah melakukan kegiatan belajar tatkala sudah lulus ujian.
Benarkah belajar sesederhana itu? Untuk menjawabnya ada baiknya memperhatikan pengertian belajar yang agak mudah dipahami. Katanya belajar itu adalah proses untuk mengaktualkan sesuatu yang telah dipelajari atau istilah Bahasa Inggrisnya “We learn what we do and we do what we learn” (kita mempelajari sesuatu yang dapat kita lakukan dan kita melakukan sesuatu yang kita pelajari). Kemudian ada juga yang mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan.
Supaya mudah, kita ambil pendapat yang kedua saja,yaitu belajar sebagai proses untuk memperoleh pengetahuan. Nah, menurut seorang pakar pendidikan, belajar untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, belajar melalui indera. Melalui cara belajar ini dihasilkan sains yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kedua, belajar dengan menggunakan akal atau rasio yang menghasilkan pemikiran-pemikiran logis untuk memecahkan permasalahan manusia. Ketiga, belajar untuk mendapatkan pengetahuan melalui hati atau qalbu yang menghasilkan manusia suci jiwanya (al-nafs al-zakiyyah)
Dari tiga cara belajar yang disebutkan, cara ketiga adalah cara belajar yang jarang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, padahal belajar melalui hati sebenarnya dimaksudkan untuk mempertajam serta mengasah rasa atau hati. Belajar melalui hati adalah belajar untuk meresapkan potensi rohani dan menumbuhkan keimanan pada diri sehingga terpenuhi naluri alamiahnya terhadap agama. Selain itu, belajar melalui hati adalah melatih naluri beragama disesuaikan dengan tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai rohani dan norma-norma akhlak bersandar iman yang sempurna.
Belajar dengan hati juga merupakan usaha pembersihan rohani, penyucian jiwa, mencerdaskan akal, memperbaiki akhlak, dan membersihkan badan. Semua usaha itu berkaitan erat dengan keyakinan kepada Allah SWT. Semua itu sesuai dengan tujuan dakwah Rasulullah SAW yang dipenuhi oleh unsur-unsur kesempurnaan dan keagungan dalam pembentukkan mukmin yang sempurna secara rohani, akal, agama, akhlak, masyarakat, dan fisik, serta menjadikan mukmin yang bahagia dunia akhirat.
Asalamualaikum,
BalasHapusSaya juga tertarik dengan ilmu yang diperoleh melalui hati. Saya juga setuju bahwa ilmu itu ada yang diperoleh dengan indra dan ada yang diperoleh dengan akal.
waalaikum salam warahmatulloh.
BalasHapusMemang salah satu kelebihan Islam adalah mengenal ilmu yang diperoleh melalui hati namun membutuhkan kajian mendalam
ass,, wr.wb.
BalasHapushatur nuhun atas penjelasan nya...
coz saya bingung ketika di pinta u/ menjelaskan hal itu,,,