MENGENAL TRAINING “RIHLAH RUHYAH”
Oleh: Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd
Rihlah Ruhyah adalah pelatihan ruhani yang dilakukan pertama kali pada tahun 2005 sampai sekarang, telah diselenggarakan di berbagai tempat, dari mulai SD hingga perguruan tinggi di Bandung dan sekitarnya. UPI, UIN, UNPAD adalah tiga PT yang pernah mengundang tim rihlah ruhyah, bahkan pernah ditawari untuk tampil di Cirebon, hanya karena faktor kesibukan dan padatnya jadwal tawaran dari IAIN Cirebon tersebut terpaksa tidak disanggupi. Selain di lembaga pendidikan formal, pelatihan yang bernama rihlah ruhyah ini juga seringkali menjadi pilihan untuk disampaikan di masjid-masjid, majelis taklim, keluarga besar, perusahaan, dan alumni haji.
Sebagai sebuah pelatihan yang sarat dengan aspek ruhani dan sentuhan emosi, rihlah ruhyah terkadang disalah pahami (terutama oleh orang yang tidak memahami kajian qalb atau ruh) sebagai pelatihan sia-sia yang hanya membuat peserta menangis kemudian histeris hingga ada yang “kesurupan”. Tetapi kenyataan menunjukkan lain, dari 16.000 orang yang pernah mengikuti pelatihan ini rata-rata mendapatkan pengalaman dan peristiwa yang berbeda dan sulit dilupakan dalam kehidupan mereka. Terlebih hal itu sudah dibuktikan lewat penelitian yang mengangkat kajian rihlah ruhyah baik skripsi di UIN SGD Bandung dan menjadi bahan tesis serta disertasi doktoral. Selain itu, memang gagasan rihlah ruhyah tidak begitu saja dibuat tetapi didasari oleh alasan-alasan keilmuan yang logis dan empiris selain tentu saja berdasarkan kajian dalil (Quran-Hadits) yang kuat.
Sederhananya, rihlah ruhyah dapat diartikan sebagai perjalan ruhani, sebuah upaya untuk meningkatkan kecerdasan ruhani. Melakukan muhasabah (evaluasi diri) dan tafakkur sebagai media penting dalam upaya pencapai jiwa yang suci (al-nafs al-zakiyah) atau jiwa yang tenang (al-nafs al-muthmainnah). Inilah tahap takhalli (pengosongan diri) yang harus ditindaklanjuti dengan tahap penghiasan diri dengan ketaatan dan amal shaleh (tahalli). Pelatihan rihlah ruhyah menawarkan sesuatu yang berbeda, dengan bantuan multimedia materi-materi seperti zikir, ma’rifatullah (mengenal Allah), ma’rifat al-insan (mengenal manusia), zikr al-maut (mengingat mati), dan birr al-walidain (berbuat baik kepada orang tua), dikemas sedemikian rupa sehingga kaya dengan sentuhan ruhani dan sentuhan afeksi.
Terakhir, walaupun rihlah ruhyah ini sudah sering dilakukan di banyak tempat, namun karena sedikitnya bahan kajian dan sumber daya manusia untuk pengembangan, maka masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam pelatihan rihlah ruhyah ini. Tak ada gading yang tak retak, maka pantaslah jika pengakuan tentang kekurangan rihlah ruhyah ini harus diakui. Hanya kepada Allah-lah diserahkan semua urusan dari kita, manusia yang bodoh, lemah dan fakir ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar